Selasa, 29 Juni 2010

Kombat Kaji Ulang Pembentukan Kabupaten Bandung Timur (KBT)

Peta yang diwarnai merah muda dan hijau muda merupakan bakal wilayah Kabupaten Bandung Timur








Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Timur (Kombat) akan melakukan kajian kembali terkait pemekaran Kab. Bandung menjadi Kab. Bandung Timur (KBT). Hasil kajian sebelumnya, KBT hanya mencakup 9 kecamatan. Saat ini ada wacana kecamatan yang masuk KBT menjadi 15 kecamatan.

Ketua Kombat, Dadang Supriatna kepada "GM", belum lama ini mengatakan, dalam perundang-undangan, pemekaran wilayah harus ada kajian ilmiah dari perguruan tinggi. "

Dulu konsorsium perguruan tinggi sudah melakukan pengkajian. Tapi dulu dalam pengkajian ini kecamatan yang masuk hanya 9 kecamatan. Karena sekarang yang masuk 15 kecamatan, maka harus dikaji ulang," jelasnya.

Ke-15 kecamatan yang rencananya masuk KBT, Kec. Bojongsoang, Ciparay, Majalaya, Paseh, Pacet, Ibun, Kertasari, Cikancung, Solokan Jeruk, Cicalengka, Nagreg, Rancaekek, Cileunyi, Cilengkrang, dan Cimenyan.

Sementara untuk pembentukan KBT, lanjut Dadang, justru bisa meningkatkan perekomonian masyarakat dan mempercepat pembangunan.

"Potensi di KBT sangat besar. Selain sektor pertanian, potensi lainya adalah industri dan pariwisata. Tidak itu saja, di KBT ada jalur penghubung antar daerah yang bisa mempercepat pembangunan perekonomian masyarakat," katanya.

Selain potensi bisa tergali, lanjut Dadang, pembentukan KBT bisa menjadi solusi mengatasi permasalahan yang selama ini tidak terpecahkan.

"Salah satu permasalah yang krusial, di antaranya banjir yang melanda Rancaekek dan sekitarnya, serta pencemaran limbah pabrik," ujarnya.

Dukungan dewan

Sementara itu, wacana pembentukan Kab. Bandung Timur yang telah bergulir sejak tahun 2004, mendapat dukungan dari sebagian anggota DPRD Kab. Bandung.

"Rencana dan keinginan dibentuknya wilayah KBT, saat ini mulai ramai dibicarakan," kata Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung, Aep Saepulloh kepada "GM" di Solokanjeruk, Sabtu (24/4 ).

Menurut Aep, sebagian besar anggota dewan dari Bandung Timur yang meliputi daerah pemilihan (Dapil) III, IV, V, dan VI menyetujui pembentukan KBT. "Hal itu disepakati melalui deklarasi saat melakukan kunjungan kerja di Yogyakarta pada 8 April lalu," katanya.

Aep mengatakan, pembentukan KBT meliputi Kec. Cileunyi, Bojongsoang, Cilengkrang dan Kec. Cimenyan (Dapil III), Rancaekek, Cicalengka, Nagreg, dan Kec. Cikancung (Dapil IV), Majalaya, Paseh, Ibun, dan Kec. Solokanjeruk (Dapil V), dan Baleendah, Ciparay,
dan Kec. Pacet (Dapil VI). (B.97/B.105)**

Sumber :
http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20100426092020&idkolom=tatarbandung
26 April 2010


Sumber Gambar:

Pintu Tol Cileunyi

http://id.tixik.com/image-91366.htm

Industri - Rancaekek, http://rawaituranca.blogspot.com/

Curug Cilengkrang - Cilengkrang, http://sites.google.com/site/blogfatah/curugcilengkrang

Perkebunan Teh - Kertasari, http://apdri.files.wordpress.com/2009/12/santosa-2-02.jpg

Pabrik Sarung - Majalaya, http://www.kompas.com/data/photo/2009/03/06/0600257p.jpg

Borondong Majalaya - Majalaya
http://kopralcepot.files.wordpress.com/2009/09/f01-borongdong-majalaya.jpg

Situ Cisanti - Kertasari, http://korawa2.files.wordpress.com/2009/06/situ-cisanti1.jpg

Peta Bandung Timur


View Larger Map

Cilengkrang : Mengemas Potensi Lokal Ke Akses Global


Potensi lokal Kecamatan Cilengkrang, cukup ”menggugah selera” stake holder, terlebih bagi pemerintah, investor, dan lembaga. Potensi lokal Cilengkrang, mencakup kandungan-kandungan sumber daya : alam, SDM, infratstruktur, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan. Dan tak ketinggalan, juga semangat kebersamaan warga untuk mewujudkan “Repeh-Rapih-Kertaraharja” Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Peternakan, tercatat sebagai salah satu potensi lokal Cilengkrang yang sangat prospektif dari aspek bisnis. Sekitar 150 ribuan masyarakat mengelola sektor peternakan secara produktif, yang meliputi : 3.000-an sapi perah, 100-an sapi, 40-an kerbau, 100-an kambing, 1.700-an domba, 20-an kuda, 160 ribuan ayam, 100-an itik, 50-an kelinci, dan sebagainya.


Bio-gas Dan Bio-energy Listrik

Budidaya 3.000-an sapi perah menghasilkan susu segar alami yang dapat dinikmati masyarakat lokal. Limpahan susu segar alami ini, perlu ditopang dengan “sentuhan teknologi” bagi proses bisnis yang lebih “menggiurkan”. Antara lain, promosi melalui media elektronik (internet, facebook, blog, YM, dan sejenisnya), sehingga memiliki akses global bagi chanelling investasi sekaligus peningkatan performansi pemda.


Akses global menjadi urgent, berkaitan dengan telah dapat diolah

dan dimanfaatkannya limbah (kotoran) sapi menjadi bio-gas dan bio-energy (listrik) oleh masyarakat lokal Cilengkrang. Prestasi membanggakan ini, merupakan salah satu wujud nyata kepedulian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung melalui aplikasi teknologi tepat guna bagi kemaslahatan publik.

Sebelumnya, LIPI-Bandung juga telah memelopori Alat Pengukur Curah Hujan (APCH) secara online untuk pertama kalinya di Indonesia. Peneliti Inggris, bahkan meluangkan waktu untuk mengunjungi Cilengkrang karena menilai APCH online ini, perlu mendapatkan perhatian dan dukungan berbagai pihak, semata-mata untuk kepentingan publik.

Penyelenggaraan APCH online ini, merupakan wujud kerja sama yang harmonis antara LIPI-Bandung, Kecamatan Cilengkrang, Politeknik Pos Indonesia, dan RT-Net-Kapelima.com. Masing-masing mewakili dari unsur-unsur : Lembaga, Pemda, Dunia Pendidikan, dan Komunitas ICT warga Cilengkrang. Dari simpul inilah, kiranya, akses global dapat dikembangkan lebih intensif dan luas untuk mengemas potensi-potensi lokal Cilengkrang.


Potensi Perkebunan

Simpul kerja sama antara stake holders : pemerintah, lembaga, industri, masyarakat, mutlak diperlukan bagi realisasi dan pengembangan potensi lokal suatu wilayah, dimana pun. Sinergitas, integrasi, dan konvergensi antar stake holders, menjadi syarat utama yang pertama, bagaimana menciptakan value added terhadap produk-produk lokal.

Bentuk wilayah Cilengkrang yang didominasi oleh perbukitan (60 persen) dan pegunungan (40 persen) merupakan local natural resources bagi produk-produk yang memiliki karakteristik pada sektor agraris (pertanian dan perkebunan) dan sumber daya air.

Potensi lahan garapan sektor pertanian dan perkebunan di wilayah adminstratif Cilengkrang yang dapat digarap secara produktif, mencakup : persawahan (200 ha dengan produksi 1.000-an ton padi), jagung (160-an ha dengan produksi 600-an ton), ketela (160-an ha dengan produksi 1.500-an ton), kacang (30-an ha dengan produksi 70-an ton), cengkeh (10 ha), tembakau (30 ha), kelapa (12 ha), dan kopi (40 ha).

Jalinan dan metode sinergitas, integrasi, dan konvergensi antar stake holders (pemerintah, lembaga, industri, dan masyarakat), memerlukan ”terobosan” yang konstruktif agar potensi-potensi lokal memiliki value added yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan nilai tambah tersebut, dapat ditempuh melalui, antara lain, sertifikasi pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan yang appicable (teknis) maupun implementable (social engineering).


Pendidikan Dan Infrastruktur ICT

Beberapa waktu yang lalu, training di bidang Information and Communication Technology dan Warung Masyarakat Informasi (ICT dan Warmasif), pernah diselenggarakan di Kecamatan Cilengkrang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pos Indonesia (LPPM-Poltekpos).

Kerja sama ini merupakan penguatan terhadap infrastruktur ICT yang telah dibangun oleh Komunitas ICT Cilengkrang yang menghubungkan secara online antara Kecamatan dan enam (6) Desa yang tersebar di Cilengkrang. Pada tahap berikutnya, jaringan online ini dapat diperkaya dengan content-content lokal secara online di masing-masing wilayah administratif (Desa, RW, dan RT) sehingga dapat men-stimulir terwujudnya Desa Online (Tulisan : ”Meretas Konsep Desa Mendunia”, Pikiran Rakyat, 20/1/08).

Infrastruktur Desa Online, pada waktunya, akan dapat mewujudkan layanan publik, antara lain, berupa : KTP Online, Akta Kelahiran Online, Kartu Keluarga Online, SIM Online, PBB Online, tagihan listrik-telepon-air Online (SOPP, System Online Payment Point), industri kreatif (UKM ataupun UMPM), BMT-Online, dan sebagainya. Desa Online merupakan entry point utama bagi peningkatan karakter entrepreneurship warga dan kerja sama dengan pihak ketiga, seperti industri, investor, dan lembaga/instansi lain.

Desa Online di Cilengkrang adalah tampilan nyata dari semangat Community Access Point (CAP) yang digulirkan World Summit On Informations Society (WSIS, di Jenewa, 2003) dalam upaya mewujudkan Masyarakat Informasi Dunia yang berimplikasi pada peningkatan Human Index Development (HDI) melalui aspek-aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Oleh karena itu, ke depan, lembaga/sarana/prasarana pendidikan di Cilengkrang, merupakan ”kunci”, bagaimana strategi peningkatan pembangunan, khususnya bidang SDM, di Cilengkrang dilanjutkan secara sustain (berkesinambungan). Saat ini, Cilengkrang memiliki potensi pendidikan yang mencakup : 10 TK, 6 SDN, 12 SD Inpres, 1 SMPN, 2 SMP Swasta Umum, 1 SMP Swasta Islam, 1 SMU Swasta Umum, dan 1 SMU Swasta Islam. Sekolah-sekolah ini menampung sekitar 6.000-an siswa/i yang didukung oleh sekitar 240-an guru.


Kesehatan Dan Ekonomi Warga

Pembangunan dunia pendidikan, akan berdampak positif pada respon warga terhadap aspek-aspek kesehatan dan ekonomi. Fasilitas kesehatan di Cilengkrang disediakan oleh 1 puskesmas yang diawaki oleh 2 dokter, 3 perawat, dan 8 bidan, yang melayani sekitar 14.000-an kunjungan warga per semester.

Pada aspek ekonomi, di Cilengkrang terdapat beberapa badan usaha/hukum, yang meliputi koperasi dan industri. Koperasi-koperasi tersebut memiliki ruang lingkup usaha yang berbeda, yaitu 2 Koperasi Simpan-Pinjam, 1 KUD, 4 Koperasi Produksi, 3 Koperasi Konsumtif, dan 11 Koperasi yang melakukan usaha lain-lain. Sedangkan industri di Cilengkrang mencakup 3 industri (besar dan sedang), 40-an industri kecil, 15 industri rumah tangga, 100-an warung/rumah makan, dan 320-an perdagangan.

Seluruh potensi lokal Cilengkrang, perlu dikemas secara sinergi, integral, dan konvergen oleh stake holders berbasis otoritas management dalam upaya peningkatan akses global. Bandung, Mei 2010

Sumber :
Dhanang Widijawan, Warga Cilengkrang, dalam :
http://kec-cilengkrang.web.id/berita/13/97-cilengkrang-online-babak-kedua.html

Sumber Gambar:
Perumahan di Desa Jatiendah, Kecamatan Cilengkrang Bandung, Jawa Barat, terlihat semakin padat dan merayap menuju pebukitan, Selasa (5/1/2010). Toto Sihono.
http://citizenimages.kompas.com/system/files/imagecache/citizen_600x500/files/20100105TOTO_IMAGES1111.jpg

Cimenyan Ingin Jadi Sentra Bunga


Para petani di Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, diharapkan mulai membudidayakan berbagai jenis bunga dan tanaman hias sehingga kecamatan tersebut bisa berkembang menjadi sentra tanaman hias.

"Setelah Cihideung-Lembang, menjadi bagian wilayah Bandung Barat, otomatis Kabupaten Bandung tak lagi memiliki sentra tanaman hias," kata Camat Cimenyan, Achmad Kosasih, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (20/4).

Menurut dia, Kec. Cimenyan sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. "Sekarang ini, di sini sudah ada Saung Mang Udjo, yang telah terkenal ke mancanegara," ujar Achmad Kosasih.

Selain melihat atraksi angklung di Saung Mang Udjo, di daerah tersebut juga ada galeri pelukis Jeihan. "Bahkan setiap hari Sabtu dan Minggu, ribuan pengunjung mendatangi daerah Caringin Tilu untuk menyaksikan keindahan Kota Bandung dari ketinggian," katanya.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan, rata-rata ada sekitar tiga ribu kendaraan roda dua maupun empat yang mendatangi Caringin Tilu pada malam minggu. Sementara itu, yang mendatangi kawasan Ciburial, masih di wilayah Kec. Cimenyan, sekitar 2.500 kendaraan.

"Kehadiran mereka bisa mendukung pengembangan wilayah Cimenyan sebagai daerah wisata yang lebih beragam. Termasuk pengembangan sentra tanaman hias seperti Cihideung," kata Achmad Kosasih.

Namun, dia mengakui, ada sejumlah kendala yang dihadapi untuk mewujudkan sentra tanaman hias. "Salah satunya, perlu mengubah kebiasaan petani yang selama ini menanam palawija," ujarnya.

Selain itu, katanya, upaya pelebaran jalan mengalami kendala, karena kebanyakan tanah-tanah di Cimenyan telah dimiliki orang-orang kota.

Untuk membangun WC umum bagi pengunjung ke Caringin Tilu, lanjut dia, sangat sulit mendapat izin dari pemilik lahan. "Padahal ini demi keindahan dan kebersihan, supaya pengunjung ke sana tak buang hajat sembarangan," ujarnya.

Ada beberapa akses jalan menuju Cimenyan, terutama Caringin Tilu. Para pengunjung dapat masuk dari Jln. Dago Pakar dan melalui Jln. Jatihandap. Apabila infrastruktur jalan tersebut dibenahi, tidak akan ada lagi kemacetan arus lalu lintas menuju ke kawasan itu.

Bentuk BPW

Sementara itu, untuk mengembangkan daerah Cimenyan sebagai daerah tujuan wisata, saat ini telah dibentuk BPW (Badan Pengembangan Wisata). "Pembentukan badan ini merupakan upaya pemberdayaan masyarakat Cimenyan di sektor wisata. Jangan sampai masyarakat di tempat tujuan wisata cuma jadi penonton atau sekadar menjadi tukang parkir dan mencuci piring," kata Achmad Kosasih.

Untuk itu, masyarakat harus dibekali kemampuan atau keahlian di bidang wisata. "Sebagai langkah awal, BPW bekerja sama dengan NHI, akan mendidik tiga puluh warga Ciburial dalam berbagai keterampilan, terutama mengelola kafe," kata Camat. Saat ini, di kawasan Ciburial sudah berdiri sejumlah kafe dan restoran. (A-72)***


Sumber:
Harian Pikiran Rakyat, Rabu 22 April 2009, dalam :
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-bandung/3205-cimenyan-ingin-jadi-sentra-bunga.html


Sumber Gambar:
http://kumaha-aing.com/?p=141

Kawasan Industri Cicalengka, Bandung Cemarkan Limbah B3

Kawasan industri di Cicalengka, Bandung perlu diwaspadai. Sebab, perusahaan-perusahaan di kawasan itu telah mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kawasan sekitar menerima limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) dari kawasan industri itu. Dampak pencemaran ini luar biasa. Sekitar 400 hektar area pesawahan tidak dapat ditanami lagi. Sungai-sungai juga telah tercemar beberapa logam berat dan menyebabkan ikan-ikan mati. Air tanah di kawasan industri Cicalengka juga diduga sudah tercemar logam berat, Merkuri dan Krom.

"Ada empat desa yang cukup rawan terkena dampak langsung. Yaitu Desa Linggar, Babakan Jawa, Bojong Loa, dan Jelegong. Areanya sekitar 400 Ha," ungkap Ketua Tim Kecil Penanganan Limbah Kawasan Industri Cicalengka, Yazid Salman, di Gedung DPRD Provinsi Jabar, Jl. Diponegoro, Bandung, Senin (30/5/2005). Menurut dia, akibat pencemaran tersebut, produksi pertanian di desa-desa tersebut melorot hingga 80%. Bahkan para petani juga enggan mengonsumsi hasil taninya sendiri. "Hasil penelitian dari IPB September 2004 di Rancaekek terdapat Merkuri.

Bau dari sungai dan air sawahnya juga minta ampun," kata dia sambil geleng-geleng kepala. Rencananya, Tim kecil yang terdiri dari anggota komisi A,B dan D DPRD Provinsi Jawa Barat itu akan membentuk panitia khusus untuk menyelidiki tingkat kerawanan pencemaran lingkungan di kawasan Industri Cicalengka itu. Saat ini, kata dia, ada sekitar 80 perusahaan besar yang beroperasi. Rata-rata perusahaan tersebut membuang limbahnya ke sungai.

Dari data buang limbah saat ini di Cicalengka terungkap sebanyak 220 ton limbah berasal dari limbah domestik dan 40 ton limbah industri. Dan rata-rata limbah itu dibuang melalui air sungai yang hilirnya menuju Sungai Citarum. Selain itu juga, perusahaan yang rata-rata bergerak di bidang garmen itu telah menyalahgunakan pengelolaan air. Perusahaan-perusahaan itu mengambil air langsung dari dalam tanah. Terbanyak dimiliki oleh Perusahaan Kahatex sebanyak 33 air sumur. Yazin mengaku hal ini memang harus diketahui publik, meski dirinya sering mendapatkan teror.

"Kondisinya sudah sangat rawan. Saya juga sudah mendapat ancaman teror melalui telepon agar tak mengungkapkan kejadian ini," ungkapnya. Menurut dia, secara kasat mata perubahan akibat pencemaran tersebut juga dapat dilihat. Salah satu, antara lain, jalur tol Rancaekek-Cicalengka sudah terjadi amblasan sedalam 4 meter. Wah, wah! (asy/)


Sumber :
Ahmad Yunus - detikNews
http://www.detiknews.com/read/2005/05/30/180754/371403/10/kawasan-industri-cicalengka-bandung-cemarkan-limbah-b3
30 Mei 2005

Curug Cindulang Cicalengka

Jalur Nagreg Akan Dilengkapi Terowongan

Departemen Pekerjaan Umum akan membangun terowongan guna mengatasi kecuraman tanjakan di jalur Lingkar Nagreg sekaligus solusi penuntasan jalur baru di kawasan itu.

"Akan dibangun terowongan di jalur Nagreg untuk mengatasi kecuraman tanjakan di sana, tak bisa dipaksakan melalui jalur normal karena kecuramannya tidak ideal," kata Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto di sela-sela kuliah umum di Pusat Pendidikan Teknologi PU di Cicaheum, Kota Bandung, Senin (27/7).

Menurut Joko, pembuatan terowongan di jalur itu akan menjadikan jalur Lingkar Nagreg menjadi ideal, apalagi terowongan tersebut akan diberlakukan dua lajur.

Ia menyebutkan, kemiringan tanjakan idealnya hanya enam persen untuk jarak 200 meter. Namun, yang ada di kawasan Nagreg lebih dari enam persen.

"Kita sudah rancang terowongan itu dan dibuatkan ’feasibility study’ (FS) untuk ruasnya, anggarannya kita lihat saja nanti. Yang jelas jalur itu butuh terowongan untuk mengatasi kecuraman tanjakan di sana," kata Joko.

Proses pembuatan terowongan akan dilakukan dengan menembus beberapa ruas jalur sehingga mendapatkan kemiringan yang ideal. Sejauh ini belum jelas berapa meter panjang terowongan itu, sedangkan panjang ruas jalur Nagreg sekitar 6,1 kilometer.

Sementara itu, Kepala Balai Pembinaan Konstruksi dan SDM Sumaryanto Hidayatin menyebutkan pembuatan terowongan di Nagreg merupakan sebuah kebutuhan untuk mengatasi masalah lalu lintas di kawasan itu.

"Geografis di sana bergunung-gunung, banyak tanjakan curam di sana sehingga perlu diatasi dengan terowongan," kata Sumaryanto.

Terkait anggaran yang diperlukan, kata dia, masih dalam penghitungan. Namun, ia memperkirakan proyek itu akan tuntas dalam tiga tahun anggaran.

"Pembuatan terowongan untuk mengatasi kecuraman tanjakan juga dilakukan di kawasan Sumatera. Dengan geografis yang sama dengan Nagreg, diperlukan terowongan," kata Kapala Balai Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU itu.

Untuk memperkokoh tebing-tebing yang tinggi di sekitar kawasan Nagreg dan Lingkar Nagreg, wilayah itu akan ditanami dengan rumput vetiveria atau sejenis akar wangi.

"Rumput itu bisa menyerap air dan bisa memperkokoh tebing. Rumput itu didatangkan oleh Belanda dari India pada masa penjajahan dulu," kata Sumaryanto. Rumput jenis itu pula yang ditanam di sepanjang ruas Tol Cipularang.

Penulis: WSN Sumber : Ant


Sumber :
http://regional.kompas.com/read/2009/07/27/13531068/Jalur.Nagreg.akan.Dilengkapi.Terowongan....
27 Juli 2009